Monday, October 19, 2009

Cambodia Report : Day 1

Cuaca sangat cerah dan pesawat yang membawa kami mendarat sangat mulus sekali hampir tak terasa benturan roda dengan landasan. Jam telah menunjukkan pukul 5.20 menit waktu setempat.

Bandara di Phnom Penh relative bersih dan bagus, juga sudah menggunakan belalai saat turun dari pesawat dan kita diarahkan jalannya untuk turun ke lantai dasar.

Turun ke lantai dasar sudah ditunggu oleh petugas yang memeriksa form kesehatan yang tadi telah dibagikan pada saat mau check in tadi di Singapore. Setelah menyerahkan form tersebut masih ada ruang yang cukup luas dengan meja di sekelilingnya, aku menuju ke salah satu meja kosong untuk menyiapkan seluruh data yang dibutuhkan untuk pengajuan visa on arrival.

Syarat yang diminta untuk Visa on Arrival, adalah form pengajuan yang sudah dibagikan di Singapore, kemudian jenis visa yang diminta saran sich tulis saja T (Tourist) sehingga bayar biaya visanya hanya USD 20, jika ditulis untuk tujuan Bisnis maka biayanya menjadi USD 25. Kemudian sertakan juga foto ukuran 4 x 6 berwarna.

Setelah seluruh dokumen itu lengkap, kita harus serahkan passport, foto dan formnya di loket ke 1 trus tinggalkan saja dan kita langsung menuju ke loket terakhir. Di loket terakhir ini nanti petugasnya akan menunjukkan passport kita dan segera kita ambil serta bayar biayanya. Ngga usah tanya lagi berapa karena biayanya sudah terpampang besar di papan pengumuman dan di dalam passportnya nanti sudah ada bukti bayarnya. Petugas di sini juga pelit bicara atau ngga fasih berbicara bahasa Inggris mungkin juga.

Selesai mendapatkan VISA aku segera menuju ke loket imigrasi dan lewat dari pintu imigrasi aku ambil bagasi sambil menunggu rekan- rekan kerjaku yang masih ada di belakang. Aku berangkat bertiga, dari Indo bersama dengan Edwin, dan di Singapore bergabung dengan P’ Rusdy yang berangkat dari Sydney.

Setelah semua bagasi keluar, kami menuju ke pintu keluar dan disini barang bawaan Edwin kena random check sehingga harus di buka dan dilihat oleh petugas.

Di luar sudah menunggu Mr. Song Khun, partner kerja kita di Cambodia yang menjemput dengan mobilnya. Di Cambodia praktis tidak ada kendaraan umum seperti bus ataupun kereta / MRT. Sehingga praktis sarana transportasi di sini minim sekali namun banyak mobil pribadi yang bermerk di sini walaupun itu adalah kebanyakan mobil second dari pasar Rusia ataupun Negara lainnya, seperti LEXUS yang paling banyak

Kami bermalam di Phnom Penh Hotel, dari bandara menuju ke hotel lalu lintas sangat padat dan macet sekali serta kita berjalan di jalur kanan, sehingga berbeda dengan peraturan di Indonesia. Sekitar 40 menit kita sudah sampai, check in sebentar trus kami jalan lagi untuk makan malam sebentar baru kembali ke hotel.

Sebelum makan malam aku menyempatkan diri untuk membeli kartu telp prabayar, banyak sekali merk / operatornya namun saran dari partner kami di sini untuk membeli kartu Hello saja karena paling murah biaya callingnya, namun ternyata untuk membeli kartu tersebut tidak mudah karena hanya diperuntukkan bagi penduduk Kamboja saja, sedangkan pendatang tidak diperkenankan untuk membelinya. Apa boleh buat akhirnya partner kami yang membelikan dengan harga kartu perdananya 5 USD tanpa pulsa, dan isi pulsanya aku ambil yang 5 USD juga.

Untuk sms ke Indonesia, biayanya adalah 10 cent saja, dan untuk telp ke sesama kartu Hello adalah 7 cent untuk sepanjang hari, jadi sekali telp kena biaya 7 cent setelah itu bebas selama 24 jam. Karena kami bertiga dan kemungkinan akan sering telp termasuk ke partner kami di sini, tentu saja ini adalah pilihan yang paling tepat.

Kartu lainnya banyak seperti Mobitel, Cellcard dan lain – lain, namun biayanya sedikit lebih mahal. Aku ngga coba yang tipe ini namun kekurangan dari Hello yang aku rasakan adalah tidak dapat dipergunakan untuk koneksi ke internet, jadi walaupun HPku bisa sebagai modem, namun tidak dapat dipergunakan untuk koneksi ke internet.
Pada voucher isi ulangnya juga sebenarnya ada tertulis bahwa pulsa tersebut hanya untuk telp dan sms saja.

Hotel juga memiliki hal yang unik yaitu di kamar mandi dimana, shower dan bathupnya unik, jadi bathup nya berbentuk oval dan cukup tinggi sehingga untuk masuk ke bathup harus menginjak tangga kayu baru nyaman masuk ke dalam bathup, kemudian pintu kacanya bisa kita tutup sehingga kita berada di dalam kamar kaca yang tertutup rapat.

Di dindingnya banyak sekali tombol dengan berbagai macam fungsi seperti, menjalankan air panas / dingin, kemudian kita bisa atur dari mana air itu akan menyembur, dari atas kepala, melalui shower, atau lewat lubang – lubang khusus di dinding yang berjumlah 8 buah atau bisa juga melalui lubang – lubang di bagian bawah bathup, bahkan bisa kita jadikan sauna.

Jadi di dalam bathup juga di sediakan tempat duduk, dan bilamana kita duduk kemudian atur airnya maka air yang menyembur dari dinding sebanyak 8 titik itu terasa memijat punggung kita.

Hanya saja di kamar yang aku tempati ini tidak semua lubang mengeluarkan air dengan sama besar, mungkin lubangnya tersumbat oleh kerak – kerak air.

Selesai mandi aku masih sempat baca majalah yang aku bawa dari Indo sebelum akhirnya tertidur.

No comments:

Post a Comment